Klenteng Hoo Tong Bio, Sejarah dan Daya Tarik Wisatanya

Jika Anda berkunjung ke Banyuwangi dan ingin menikmati wisata sejarah dan edukasi, tidak ada salahnya singgah ke Klenteng Hoo Tong Bio. Salah satu bangunan cagar budaya yang sudah berdiri sejak tahun 1784. Tempat ini merupakan rumah peribadatan bagi pemeluk ajaran Konghucu.

Sebagai rumah peribadatan Konghucu yang tertua di Jawa Timur dan Bali, tempat ini bukan hanya dikunjungi oleh penganut keyakinan tersebut tetapi juga pemeluk agama lainnya. Pasalnya bangunan cagar budaya ini terlihat unik dengan gaya arsitektur khas Tionghoa.

Sejarah Klenteng Hoo Tong Bio

Sejarah Klenteng Hoo Tong Bio

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, klenteng yang berada di Banyuwangi ini sudah dibangun sejak tahun 1784 tahun dan sampai saat ini masih berdiri dengan kokoh. Dengan warna merah yang dominan, bangunan klenteng ini terlihat mencolok dan kontras dengan lingkungan sekitarnya.

Sebagai salah satu bangunan cagar budaya yang dilindungi, klenteng ini menyimpan sejarah yang cukup panjang. Dengan luas bangunan 400 meter persegi dan ketinggian hingga 9 meter, Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) ini mampu menampung hingga 500 orang.

Awal Mula Pembangunan Klenteng

Awal Mula Pembangunan Klenteng

Sejarah pembangunan klenteng yang berusia ratusan tahun ini tidak terlepas dari aktivitas etnis Tionghoa yang bermigrasi ke wilayah Banyuwangi sekitar tahun 1740. Sementara di dalam Babad Notodiningratan dijelaskan bahwa etnis Tionghoa menetap di Blambangan mulai 1613 M.

Pemukiman etnis Tionghoa saat itu terpusat di dua wilayah, yaitu Kelurahan Tukangkayu (Pecinan Kulon) dan Kelurahan Karangrejo (Pecinan Wetan). Di Kelurahan Karangrejo inilah bangunan Klenteng Hoo Tong Bio didirikan.

Pembangunan klenteng merupakan bentuk penghormatan kepada Tan Hu Cin Jin, seorang kapten yang berjasa menyelamatkan etnis Tionghoa dari kolonialisme. Tokoh ini sempat menjadi arsitek di Kerajaan Blambangan, sebelum akhirnya dianggap moksa oleh pengikutnya.

Pada awalnya, bangunan klenteng terletak di Lateng, Rogojampi. Namun setelah terjadi perampasan tanah oleh VOC, rumah peribadatan tersebut kemudian dipindah ke Banyuwangi.

Menjadi Klenteng Induk

Menjadi Klenteng Induk

Setelah dipindah ke wilayah Banyuwangi, dalam perkembangannya klenteng yang menjadikan Tan Hu Cin Jin sebagai dewa ini menjadi induk dari beberapa klenteng lainnya. Termasuk yang berada di wilayah Probolinggo, Besuki, Tabanan, Jembrana, Kuta hingga Lombok.

Namun di tahun 1960-an, mulai terjadi diskriminasi terhadap etnis Tionghoa karena pemerintah Orde Baru menuding adanya keterlibatan etnis Tionghoa dalam tragedi pemberontakan PKI di tahun 1965. Nama klenteng harus diganti jadi Nara Raksita dan etnis Tionghoa tidak bebas untuk beribadah.

Setelah masa orde baru, yaitu pada masa pemerintahan Gus Dur larangan yang berkaitan dengan aktivitas peribadatan etnis Tionghoa di klenteng dicabut. Sehingga warga Tionghoa bisa kembali menjalankan ibadah dengan tenang dan nama klenteng kembali menjadi Hoo Tong Bio.

Daya Tarik Klenteng Hoo Tong Bio Banyuwangi

Daya Tarik Klenteng Hoo Tong Bio Banyuwangi

Bangunan bersejarah yang menjadi cagar budaya selalu menarik untuk dikunjungi karena menyimpan cerita sejarah yang cukup panjang. Salah satunya bisa dilihat dari klenteng tertua di Banyuwangi ini. Selain bersejarah, klenteng ini juga memiliki beberapa daya tarik bagi wisatawan. Diantaranya adalah:

1. Gaya Arsitektur Tradisional Khas Tionghoa

Salah satu daya tarik yang bisa dinikmati secara langsung ketika Anda berkunjung ke klenteng ini adalah gaya arsitekturnya yang unik khas kuil Tionghoa. Di komplek klenteng ini terdapat pagoda dengan warna merah yang senada dengan warna bangunan lainnya.

Warna merah sendiri dianggap sebagai lambang kemakmuran dan kesejahteraan. Selain itu pada bagian depan terdapat lonceng raksasa yang ukurannya sangat besar. Sementara di dalam klenteng sendiri ada beberapa altar seperti Tian, Cim Kong Sin dan lain-lain.

Meskipun bangunan klenteng ini pernah mengalami kebakaran di tahun 2014, namun sudah kembali direnovasi sesuai dengan bangunan aslinya dan diperluas. Sehingga Anda bisa tetap menikmati keindahan bangunan dan ornamen khas Tionghoa yang ada di dalamnya.

2. Lokasi Mudah Diakses

Daya tarik lainnya adalah lokasi Klenteng Hoo Tong Bio yang mudah diakses. Seperti yang diketahui, klenteng ini berada di tengah perkotaan sehingga memungkinkan siapa saja untuk mengakses. Baik dengan kendaraan pribadi maupun transportasi umum dan layanan online.

Lokasi klenteng bersejarah ini juga tidak terlalu jauh dari Pantai Pulau Santen. Jadi bagi Anda yang ingin merasakan liburan yang lebih lengkap di Banyuwangi bisa sekalian mengunjungi Pantai Pulau Santen yang jaraknya hanya sekitar 800 meter dari klenteng.

3. Kemeriahan Perayaan Imlek

Daya tarik klenteng ini semakin memikat jika Anda datang berkunjung saat perayaan Imlek tiba. Sebagai klenteng tertua dan terbesar di Banyuwangi, setiap perayaan Imlek di tempat ini selalu meriah dan ramai pengunjung.

Selain dipenuhi lampion yang didominasi warna merah dan emas, perayaan Imlek biasanya juga dimeriahkan dengan pertunjukan barongsai dan liang-liong. Event tersebut tentunya tidak boleh dilewatkan begitu saja karena menjadi hiburan tersendiri bagi wisatawan yang datang.

Fasilitas Klenteng Hoo Tong Bio

Fasilitas Klenteng Hoo Tong Bio

Lokasinya yang berada di tengah kota tentu dekat dengan sejumlah fasilitas publik sehingga Anda tidak perlu khawatir saat berkunjung ke klenteng ini. Selain dekat dengan fasilitas umum, di area klenteng juga sudah tersedia beberapa fasilitas standar bagi pengunjung.

Diantaranya adalah area parkir, toilet, dan taman. Yang menarik, dengan gaya arsitektur dan berbagai ornamen khas Tionghoa yang ada di tempat ini Anda bisa mengeksplor setiap sudut klenteng untuk dijadikan latar berfoto selfie. Karena hampir semua sudut klenteng ini terlihat unik dan estetik.

Harga Tiket Masuk dan Jam Buka Klenteng Hoo Tong Bio

"</a

Harga tiket yang perlu disiapkan jika ingin berkunjung ke rumah peribadatan Konghucu ini adalah sebesar Rp10.000. HTM tersebut berlaku untuk hari biasa maupun hari libur. Namun untuk lebih memastikannya, Anda bisa mengkonfirmasi harga melalui layanan call center di nomor 0333424870.

Sementara untuk jam bukanya sendiri mulai pukul 07.00 WIB sampai 17.00 WIB. Jadi bagi Anda yang ingin menikmati wisata sejarah di klenteng tersebut silakan datang sesuai dengan jam buka yang berlaku.

Lokasi Klenteng Hoo Tong Bio

Lokasi Klenteng Hoo Tong Bio

Lokasi rumah peribadatan ini berada di Jalan Ikan Gurami No. 54, Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Lokasinya tidak jauh dari Alun-Alun Kota Banyuwangi, hanya berjarak sekitar 2 km saja sehingga bisa ditempuh dalam waktu 7 menit.

Jika mengambil rute dari alun-alun maka Anda bisa langsung mengarahkan kendaraan menuju ke Gedung Juang 45 sampai menemukan Taman Blambangan. Kemudian memutari taman dan menuju perempatan, pada perempatan kedua bisa belok ke arah kiri menuju Jalan Gurami.

Tinggal ikuti jalan tersebut sampai kurang lebih 550 meter dan di bagian kanan jalan Anda akan menemukan bangunan klenteng. Dengan rute yang mudah ditempuh dan akses jalan yang lebar dan beraspal, Anda bisa datang ke tempat ini dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun mobil.

Klenteng Hoo Tong Bio merupakan rumah peribadatan bagi penganut ajaran Konghucu, sekaligus bangunan cagar budaya yang dilindungi. Mengunjungi tempat ini bisa dijadikan pilihan menarik untuk wisata sejarah, setelahnya Anda bisa menuju ke Pantai Pulau Santen karena jaraknya cukup dekat.

Share:

Leave a Comment