Keindahan Wisata dan Misteri Pantai Watu Ulo Ambulu Jember

Keindahan Pantai Watu Ulo

Keindahan Wisata dan Misteri Pantai Watu Ulo Ambulu Jember Jawa Timur. Pantai Watu Ulo Terletak di tengah tengah pusat wisata pantai jember. di sebelah timur terdapat pantai payangan yang di pantai payangan tersebut terdapat bukit Teluk Love, dan Di Sebelah barat Pantai Watu Ulo terdapat Pantai pasir putih Papuma Ambulu. Letaknya yang berada di tengah tengah menjadikan Pantai Watu Ulo sebagai pantai yang strategis dalam tata letak. Pantai Watu Ulo sangatlah ramai jika pada bulan ramadhan terutama pada saat pagi hari para muda mudi lokal meliputi kawasan ambulu, wuluhan, Balung, bahkan sampai dari kota jember mereka berbondong bondong datang ke Pantai Watu Ulo hanya untuk menyaksikan ramainya tradisi bakar petasan di jalan. Tradisi bakar petasan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para muda mudi lokal. Akan tetapi akhir akhir ini tradisi bakar petasan ini di larang oleh beberapa oknum polisi. Bahkan para polisi ini mengelar razia sepeda motor pada jam 4 atau 5 pagi di daerah pantai watu ulo tidak jelas niatnya mau apa. mungkin karena ramainya penggunjung dan banyaknya sepeda motor yang berada di Pantai Watu Ulo menjadi inspirasi tersendiri bagi para pak pol. Nah Setelah ini yang kita bahas adalah keindahan Pantai Watu Ulo yang seakan akan seperti sisiknya ular atau mitos Pantai Watu Ulo. 41 Daftar Tempat Wisata di Jember Jawa Timur Harus Anda Kunjungi

Mitos Pantai Watu Ulo

Kalo Berbicara tentang sebuah mitos pantai watu ulo yang harus kita tahu adalah apa itu mitos. jawabanya Mitos adalah sebuah cerita rakyat yang terlalu berlebihan. karena terlalu berlebihan kita jangan lupa bahwa allah tidak suka sesuatu yang berlebih – lebihan. Justu jika kita melihat keindahan alam kita harus bersyukur betapa indahnya allah menciptakan alam semesta ini, bukan sebaliknya kita percaya mitos mitos yang belum tentu kebenarannya, seandainya mitos itu benar jangan lupa semua itu terjadi atas izin allah. akan tetapi saya tetap akan menceritakan mitos yang beredar di kalangan masyarakat jember terutama masyarakat pesisir pantai watu ulo yang ada dua versi.

Al Kisah Versi 1 Mitos Pantai Watu Ulo AjiSaka

Pada zaman dahulu ada seorang yang bernama Ajisaka datang ke tanah Jawa. tepatnya di negeri Medang Kamulan, negeri Medang Kamulan adalah wilayah atau kerajaan setengah mitologis yang dianggap pernah berdiri di Jawa Tengah dan mendahului Kerajaan Medang. “Kamulan” berarti “permulaan”, sehingga “Medang Kamulan” dapat diartikan sebagai “pra-Medang” Ajisaka ia mengajarkan ilmu pengetahuan agama dan kesaktian kepada masyarakat. Saat mengajari murid-muridnya, ilmunya didengar ayam yang sedang mencari makan di bawah pondok perguruannya. Seharusnya, siapapun tidak boleh mendengar ajaran Ajisaka, selain murid yag sudah diijinkan. Karena mendengar matra-mantra yang diajarkan kepada muridya, seekor ayam itu mendadak bertelur yang amat besar, tidak seperti biasanya.

Saat telur itu dierami dan menetas, ternyata yang keluar dari cangkang telur bukan anak ayam, tetapi anak naga raksasa, yang mampu berbicara seperti manusia. Anak naga itu bicara terus, dan menanyakan siapa ayahnya. Oleh masyarakat setempat naga itu diberi tahu kalau ingin tahu siapa ayahnya, disuruh tanya ke rang sakti bernama Ajisaka. Lalu, anak naga itu mendatangi Ajisaka dan bertanya siapa ayahnya. Ajisaka tidak terkejut, lalu diberi tahulah anak naga itu bahwa sebenarnya anak naga itu memang anaknya yang tercipta dari telur ayam lewat mantra-mantra. Walaupun mengakui naga itu sebagai anaknya, Ajisaka tidak mengijinkan naga itu ikut dengannya. Ajisaka menyuruh anak naga itu bertapa di pantai laut selatan. Kemudian anak naga itu bertapa di pantai selatan.

Saat bertapa, naga itu sesekali bangun dari meditasi untuk makan binatang apa saja di sekitarnya. Ratusan tahun ia bertapa, badannya tambah besar. Badannya di Jember, kepalanya sampai Banyuwangi, dan ekornya memanjang sampai Jawa Tengah. Karena tubuhnya membesar akibatnya makanan di sekitarnya tidak cukup, maka sesekali naga itu mencari makan di tengah laut selatan.

Karena lamanya bertapa sampai badannya ditumbuhi lumut seperti kayu. Suatu hari, penduduk di sekitar pertapaan naga kehabisan kayu bakar. Penduduk menemukan kayu besar dan memanjang maka dipotonglah kayu itu. Saat dipotong kayu itu mengeluarkan getah seperti darah, sehingga semua penduduk terheran-heran tetapi penduduk tetap saja mengambilnya sebagai kayu bakar.

Sampai sekarang naga yang telah besar itu masih bertapa di pantai laut selatan, tetapi tubuhnya tidak lengkap lagi karena dipotong penduduk untuk kayu bakar, tinggal kepalanya ada di Banyuwangi, badannya di pantai selatan Jember, dan ekornya di Jawa Tengah. Bagian-bagian tubuh itu mengeras seperti batu, dan sampai sekarang masih bisa ditemukan batu-batu seperti sisik kulit ular di pantai selatan Jember. Oleh penduduk, pantai itu disebut pantai “Watu Ulo” (Batu Ular) karena batu-batunya tersusun seperti sisk kulit ular. Konon pada saatnya naga itu akan berubah menjadi manusia yang sakti dan akan menjadi pemipin dan penguasa di tanah Jawa atau Indonesia. Versi ini ada dalam buku Mitos dalam Tradisi Lisan Indonesia, karya Dr Sukatman M.Pd. 41 Daftar Tempat Wisata di Jember Jawa Timur Harus Anda Kunjungi

Al Kisah Versi 2 Mitos Pantai Watu Ulo Aki dan Nini Sambi

Konon, dahulu kala, hiduplah sepasang suami istri yang bernama Aki dan Nini Sambi. Pasangan ini dikaruniai anak yang bernama Joko Samudera. Si ayah bekerja mencari kayu bakar di perbukitan di sekitar pantai, sedangkan si anak mencari ikan di laut. Di suatu hari, Aki serta Nini Sambi yang tengah mencari kayu bakar mendengar adanya suara tangisan bayi. Mereka lantas mencari sumber suara tersebut yang ternyata berasal dari seorang bayi laki-laki. Merasa tidak tega, Nini Sambi pun lantas jatuh kemudian dan merawat si bayi. Bayi ini kemudian diasuh dan diberi nama Marsudo. Seiring waktu berlalu, kedua anak lelaki Aki dan Nini Sambi pun tumbuh dewasa. Mereka secara bergantian mencari ikan di laut. Suatu ketika Marsudo sedang mencari ikan, dia begitu kaget ketika mengangkat pancingnya dan yang didapatkannya adalah seekor ikan raksasa yang dapat berbicara. Ikan yang bernama Raja Mina itu pun ingin Marsudo melepaskan dirinya. Dan sebagai ganti, Raja Mina akan mengabulkan semua keinginannya. Marsudo lantas melepas ikan raksasa tersebut. Dengan rasa terima kasih, Raja Mina langsung berenang pergi. Akan tetapi, sesampaianya dia di rumah, Marsudo malah dimarahi oleh orang tuanya sebab melepaskan ikan yang sangat besar itu. Tidak tega saudaranya kena marah, Joko Samudera pun pergi memancing ke laut untuk menggantikan adiknya itu. Bukannya mendapatkan ikan, Joko Samudera malahan mendapatkan seekor ular laut raksasa. Ular tersebut mengamuk ketika kail pancing Joko Samudera telah melukai tubuhnya. Joko Samudera dan Ular raksasa pun berduel sengit. Melihat kakaknya tengah berjibaku melawan ular raksasa, Marsudo pun memanggil Raja Mina yang sebelumnya dia selamatkan. Dia menagih janji Raja Mina untuk memenuhi permintaannya. Ia meminta Raja Mina memenangkan kakaknya dalam melawan ular raksasa itu. Raja Mina pun lantas memberi Marsudo cemeti (cambuk). Ikan yang dapat berbicara tersebut berpesan supaya Ia memukul tubuh ular raksasa itu dua kali, sehingga tubuh ular akan terbelah menjadi tiga. Pisahkanlah ketiga bagian tubuh ular itu ke 3 tempat, jadi tidak dapat bersatu kembali. Karena jika bersatu, ular tersebut akan hidup lagi. Ular tersebut pun lantas dapat ditaklukkan. Dan saat ini, di pinggir pantai Watu Ulo, terdapat gugusan batu yang seperti anatomi tubuh ular yang sangat besar. Panjang serta berlekuk, permukaannya pun seperti sisik. Menarikbukan? Itulah Legenda dibalik wisata pantai Watu ulo yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. – See more at: http://dimensilain.com/mitos-asal-usul-pantai-watu-ulo-jember-jawa-timur/#sthash.RrytOyWO.dpuf

Konon, dahulu kala, hiduplah sepasang suami istri yang bernama Aki dan Nini Sambi. Pasangan ini dikaruniai anak yang bernama Joko Samudera. Si ayah bekerja mencari kayu bakar di perbukitan di sekitar pantai, sedangkan si anak mencari ikan di laut. Di suatu hari, Aki serta Nini Sambi yang tengah mencari kayu bakar mendengar adanya suara tangisan bayi. Mereka lantas mencari sumber suara tersebut yang ternyata berasal dari seorang bayi laki-laki. Merasa tidak tega, Nini Sambi pun lantas jatuh kemudian dan merawat si bayi. Bayi ini kemudian diasuh dan diberi nama Marsudo.

Seiring waktu berlalu, kedua anak lelaki Aki dan Nini Sambi pun tumbuh dewasa. Mereka secara bergantian mencari ikan di laut. Suatu ketika Marsudo sedang mencari ikan, dia begitu kaget ketika mengangkat pancingnya dan yang didapatkannya adalah seekor ikan raksasa yang dapat berbicara. Ikan yang bernama Raja Mina itu pun ingin Marsudo melepaskan dirinya. Dan sebagai ganti, Raja Mina akan mengabulkan semua keinginannya. Marsudo lantas melepas ikan raksasa tersebut. Dengan rasa terima kasih, Raja Mina langsung berenang pergi. Akan tetapi, sesampaianya dia di rumah, Marsudo malah dimarahi oleh orang tuanya sebab melepaskan ikan yang sangat besar itu. Tidak tega saudaranya kena marah, Joko Samudera pun pergi memancing ke laut untuk menggantikan adiknya itu. Bukannya mendapatkan ikan, Joko Samudera malahan mendapatkan seekor ular laut raksasa. Ular tersebut mengamuk ketika kail pancing Joko Samudera telah melukai tubuhnya.

Joko Samudera dan Ular raksasa pun berduel sengit. Melihat kakaknya tengah berjibaku melawan ular raksasa, Marsudo pun memanggil Raja Mina yang sebelumnya dia selamatkan. Dia menagih janji Raja Mina untuk memenuhi permintaannya. Ia meminta Raja Mina memenangkan kakaknya dalam melawan ular raksasa itu. Raja Mina pun lantas memberi Marsudo cemeti (cambuk). Ikan yang dapat berbicara tersebut berpesan supaya Ia memukul tubuh ular raksasa itu dua kali, sehingga tubuh ular akan terbelah menjadi tiga. Pisahkanlah ketiga bagian tubuh ular itu ke 3 tempat, jadi tidak dapat bersatu kembali. Karena jika bersatu, ular tersebut akan hidup lagi. Ular tersebut pun lantas dapat ditaklukkan. Dan saat ini, di pinggir pantai Watu Ulo, terdapat gugusan batu yang seperti anatomi tubuh ular yang sangat besar. Panjang serta berlekuk, permukaannya pun seperti sisik. Menarikbukan? Itulah Legenda dibalik wisata pantai Watu ulo yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.

Demikianlah Cerita misteri dan mitos tentang pantai watu ulo ambulu jember jawa timur. benar tidaknya mitos ini sebaiknya kita serahkan pada allah subhanahu wa ta’ala yang maha mengetahui segalanya. janganlah kita percaya akan mitos mitos di atas, semoga cerita tentang mitos pantai watu ulo diatas memberikan wawasan yang luas dan mengingatkan kita akan rasa bersyukur akan kebesaran dan keindahan ciptaan allah. amin 41 Daftar Tempat Wisata di Jember Jawa Timur Harus Anda Kunjungi

Konon, dahulu kala, hiduplah sepasang suami istri yang bernama Aki dan Nini Sambi. Pasangan ini dikaruniai anak yang bernama Joko Samudera. Si ayah bekerja mencari kayu bakar di perbukitan di sekitar pantai, sedangkan si anak mencari ikan di laut. Di suatu hari, Aki serta Nini Sambi yang tengah mencari kayu bakar mendengar adanya suara tangisan bayi. Mereka lantas mencari sumber suara tersebut yang ternyata berasal dari seorang bayi laki-laki. Merasa tidak tega, Nini Sambi pun lantas jatuh kemudian dan merawat si bayi. Bayi ini kemudian diasuh dan diberi nama Marsudo. Seiring waktu berlalu, kedua anak lelaki Aki dan Nini Sambi pun tumbuh dewasa. Mereka secara bergantian mencari ikan di laut. Suatu ketika Marsudo sedang mencari ikan, dia begitu kaget ketika mengangkat pancingnya dan yang didapatkannya adalah seekor ikan raksasa yang dapat berbicara. Ikan yang bernama Raja Mina itu pun ingin Marsudo melepaskan dirinya. Dan sebagai ganti, Raja Mina akan mengabulkan semua keinginannya. Marsudo lantas melepas ikan raksasa tersebut. Dengan rasa terima kasih, Raja Mina langsung berenang pergi. Akan tetapi, sesampaianya dia di rumah, Marsudo malah dimarahi oleh orang tuanya sebab melepaskan ikan yang sangat besar itu. Tidak tega saudaranya kena marah, Joko Samudera pun pergi memancing ke laut untuk menggantikan adiknya itu. Bukannya mendapatkan ikan, Joko Samudera malahan mendapatkan seekor ular laut raksasa. Ular tersebut mengamuk ketika kail pancing Joko Samudera telah melukai tubuhnya. Joko Samudera dan Ular raksasa pun berduel sengit. Melihat kakaknya tengah berjibaku melawan ular raksasa, Marsudo pun memanggil Raja Mina yang sebelumnya dia selamatkan. Dia menagih janji Raja Mina untuk memenuhi permintaannya. Ia meminta Raja Mina memenangkan kakaknya dalam melawan ular raksasa itu. Raja Mina pun lantas memberi Marsudo cemeti (cambuk). Ikan yang dapat berbicara tersebut berpesan supaya Ia memukul tubuh ular raksasa itu dua kali, sehingga tubuh ular akan terbelah menjadi tiga. Pisahkanlah ketiga bagian tubuh ular itu ke 3 tempat, jadi tidak dapat bersatu kembali. Karena jika bersatu, ular tersebut akan hidup lagi. Ular tersebut pun lantas dapat ditaklukkan. Dan saat ini, di pinggir pantai Watu Ulo, terdapat gugusan batu yang seperti anatomi tubuh ular yang sangat besar. Panjang serta berlekuk, permukaannya pun seperti sisik. Menarikbukan? Itulah Legenda dibalik wisata pantai Watu ulo yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.
Share:

Leave a Comment